Botryococcus braunii merupakan mikroalga berwarna hijau (Chlorophya) dan bersifat autotrof. Mikroalga ini hidup di perairan dan berkoloni. Koloni Botryococcus braunii dapat di jumpai di danau bersuhu tropis dan dapat tumbuh subur di perairan air payau atau bisa disebut juga kondisi dimana kadar garam dari air tersebut tergolong sedang. Botryococcus braunii memiliki kemampuan luar biasa untuk mensintesis dan mengumpulkan berbagai macam lipid dan hydrocarbon. Mikroalga ini mampu menghasilkan lipid sampai dengan 60% berat keringnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga adalah cahaya, suhu, pH, nitrogen, dan CO2. Mikroalga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, terutama Botryococcus braunii. Biodesel merupakan salah satu energi alternatif yang akan menggantikan persediaan minyak bumi yang semakin lama semakin menipis karena minyak bumi tidak bisa di perbaharui. (Pradityo, 2012)
Menurut Teresa M. Mata, et al., (2010), mikroalga dapat digunakan sebagai bahan dasar beberapa bahan bakar terbarukan (renewable fuels) seperti biodiesel, hydrogen, methan dan lain-lain. Botryococcus braunii merupakan salah satu mikroalga yang dapat digunakan sebagai bahan dasar terbarukan karena Botryococcus braunii memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi diantara mikroalga-mikroalga lainnya yaitu 25% hingga 75% tiap gram. Mikroalga juga memiliki kemampuan fotosintesis yang dapat dimanfaatkan dalam aplikasi fotobioreaktor untuk mengolah gas-gas dan asap-asap yang dihasilkan dari pabrik terutama yang berupa CO2 dan NOx sehingga tidak mencemari udara. Dan secara tidak langsung mikroalga, terutama Botryococcus braunii sangat berperan penting dalam mengurangi efek rumah kaca yang merupakan faktor utama penyebab global warming yang menjadi salah satu ancaman kerusakan bumi ini. Botryococcus braunii memiliki peranan penting, salah satunya pada pengurangan CO2 dalam udara. (Sasmita.P.G., et al., 2004)
Mikroalga sebagai penghasil bahan bakar hayati (biofuel) seperti Botryococcus braunii berprospek menjanjikan di masa mendatang. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, dan Kanada menargetkan mulai tahun 2025 bahan bakar hayati (biofuel) bisa diproduksi dari budidaya mikro alga di laut maupun perairan tawar. Keuntungan Alga yang dapat digunakan sebagai sumber energi, salah satunya Botryococcus braunii ini adalah tidak membutuhkan waktu lama untuk menanamnya dan hanya membutuhkan waktu selama seminggu sampai dua minggu. Selain itu, pemanenannya juga tidak butuh alat berat seperti di darat. Teknologinya pun sangat mudah dan murah, produktivitasnya sangat tinggi. Mikroalga ini dapat menghasilkan 30 kali lebih banyak minyak dibanding dengan tanaman di darat. (Dahuri, 2011)
0 komentar:
Posting Komentar